Disini aku
menyadari, waktu ini ku ketahui. Aku menulusi berada di titik tengah dari
setiap sudut lorong. Gelap, hanya satu
titik cahaya. Kali ini aku hebat, tidak sesak nafas disaat gelap. Aku ingin
keluar, ini begitu sunyi. Sepi. Ku telusuri tiap sudut lorong. Bola mata ku
mencobat menakap apa itu ?
Seogok manusia?
rasa penasaran menyuruak. Membawa kakiku mengangkat menuju sudut yang lebih
gelap, satu titik cahaya berkabut tak jelas. Sosok itu begitu mirip dengan ku.
Meriuk dalam sepinya, sorot mata yang redup penuh kekosongan. Bukan, ini bukan
lagi mirip tapi sama, kenapa dia meriuk? Apakah sepi telah menusuk nadinya?
Pancaran bola matanya benar-benar tak bisa di diskripkan, apa yang ia rasakan? Aku
memberanikan diri untuk semakin ruang gelap ini goresan kata berterbangan. Ah,
dia berteman dengan diri. Aku memberanikan diri untuk mendekapnya. Aku
memandang dalam sorot mata itu, mata yang sama dengan ku, tapi tidak dengan
pancarannya. Dia begitu rapuh, kosong. Hatinya berdenyut lemah. Sekarang dia
berada tepat di depan ku, memeluk dirinya sendiri, semakin meriuk. Ku amati itu
semakin dalam.
Terdengar tawa
yang begitu mengerikan, aku menamjamkan pendengaran ku. Tepat disisi lorong
lain. Ku tinggalkan seogok manusia yang meriuk itu, tapak demi tapak semakin
mendengar jelas suara mengegema. Aku melihat seogok manusia lagi yang tingginya
sama dengan ku. Apa lagi ini ? aku mendekat dan terus diikutioleh titik cahaya,
sorot matanya begitu tajam, guratan kebencian dan amarah tergambar jelas diraut
mukanya. Hei ? apa lagi itu aku? Dia mengangkat senyumnya, tapi itu mengerikan
bagi ku. Ia seakan ingin menerkam ku, mencabik-cabik nadi ku. huh. Jika
kau sama dengan ku, Kenapa kau
semenyeramkan ini? Aku tak pernah seperti itu. Aku memang punya amarah, tapi
tidak seperti dia. Aku dibesarkan dengan kasih sayang begitu besar dilingkungan
ku, ya walaupun waktu kecil aku pernah ngamuk dan meninju kaca lemari
kesayangan ibu ku sampai hancur. Taoi
tidak seperti seogok manusia kaku di depan ku ini. Menyeramkan.
Ku tinggalkan
makhluk aneh itu, tak kuat menahan aura yang menyelimutinya. Aku benar-benar
ingin keluar. Semakin aku menapakan kaki, semakin tersesat disini aku merasakan
udara nyaman dan hangat menyelimuti ku, diseberang lorok terlihat sosok lain
sedang menatapk ku dengan kasih sayang. Seakan aku teramat berarti. Mungkin dia
dari jawaban gelap ini, aku terbuai dengan sorot matanya, mata yang sama dengan
mata ku.
Ku biarkan mata
ku menelusuri sisi gelap ini lagi, berharap tidak menemukan seogok makhluk
lagi. Tapi itu hanya harapan, beberapa sosok dapat ku tangkap dengan
partikel-partikel kecil dari titik sinar kecil yang mengikuti ku sedari tadi.
Oh Tuhan, aku
terpojok di sudut paling sudut. Tak mampu membuka mata, siapa pun yang tadi ku
temui yang sama dengan ku. Kini telah tepat didepan ku, dengan sorot yang
berbeda. Dan begitu nyata. Setan seperti apa ini?
Aku
memberanikan diri ku, buka mulut yang kaku. Perasaan yang beku.
Kenapa kalian
begitu berbeda? Dari apa kalian terbentuk? Kenapa? Alasan apa tersimpan dari
lorong gelap ini ?Hanya segelintir senyum dalam kabut, semakin pudar. Kemudian,
gelap.