AKU
DAN RINDU
Huffftt, helaan
nafas mungkin akan dapat melambangkan ini.
Rindu? Oh satu
makna ini tak bisa ditumpahkan dengan beribu kata.
Rintik hujan pun
akan terkalahkan.
Beribu pecinta
kata pasti pernah meluapkan ini didalam sebuah karya.
Manusia mana yang
dapat mendustakan rindu?
aku dan rindu,
Ini sangat
membelenggu, seperti diri dan bayangan. tak akan ku munafikan lagi. Bahwa aku
tak pernah henti merindu, selalu berhasrat ingin bertemu, kamu.
Ingin ku kutuk
jarak ini, menenggelamkannya ke dalam samudra sana.
Tak ku dustakan
lagi,
Setiap embun pagi
selalu terbesit nama-nama mu pekat dikaca kamar ku.
Setiap malam
angan ku selalu terbayang akan sosok mu.
Bayangan-bayangan
yang menusuk hati, jika disadari itu mimpi.
Merindukan mu
adalah kebiasaan ku.
Tiap-tiap doa
sebelum tidur selalu terselip nama mu, seperti mantra penghantar ke dunia
mimpi. Halusinasi indah selalu tergambar jelas di dalam gelap tutup mata,
berharap agar alam bawah sadar menjadikannya nyata.
Halusinasi,
imajinasi tentang mu telah rapi. Bahkan film-film diluar sana akan kalah dengan
apa yang telah tersusun dari angan ku ini.
Ketika mentari
menghampiri, menulusuk ke celah-celah menghantar cahaya, itu seakan menjadi
kamu. Mencoba membangunkan ku.
Menggampai
pori-pori kulit ku dengan saluran cara itu.
Hari-hari seperti
itu, tak pernah berkurang tapi selalu
bertambah. Entah kutukan seperti apa ini. Mungkin sajak-sajak sedang
menernawakan akan hasrat menggebu untuk menggapai mu.
Akumulasi tentang
jumlah-jumlah rindu tak akan terhitung lagi, ditambah dengan waktu yang dilalui.
Hasrat semakin menekan, mungkin akan meledak dikala waktu yang tidak tepat.
Kadang kala, ego
mampu membunuh rindu, tapi semakin dibunuh rindu itu mengikat hingga memasung
rasa lebih dalam.
Kadang kala,
logika melemahkan rindu. Tapi energi dari sebuah rasa membentengi itu.
Jika saja teori
keseimbangan dapat mengatur ini, mungkin ini akan sedikit adil.
Jika saja para
ahli menemukan teori pelepasan rindu selain bertemu, itu mungkin akan lebih
indah.
Setan-setan kecil,
selalu menggoda. Melemahkan aku untuk terkalahkan.
Dewa hades telah
menunggu dengan senyum miringnya, menunggu aku tak berdaya.
Tapi kau tau? Aku
akan mengalahkan ini.
Seberapa jarak
kita?
Katakan, aku akan
mampu bertahan.
Kepada dewa
mercury, akan ku titipkan. Hingga ia akan bosan dengan hal yang sama.
kerikil-kerikil
sialan itu selalu mengatakan.
Kau adalah sebuah
angan, bayangan mati. Yang akan hilang ditelan waktu nanti.
Mereka
menertawakan ku, mereka mencabik harapan indah ku.
Mengganti alur halusinasi
indah yang telah ku edit sedemikian rupa.
Mereka bilang aku
hanya mimpi, kau tak menanti. Kau tak peduli.
Dan aku tak
peduli itu.
Yang mengalahkan
ku hanyalah
“ aku sibuk
melemahkan rindu, melawan waktu. Dan kau sibuk menikmati dunia nyata mu, kemudian
mengubur aku “
Yang aku takutkan
adalah
“ aku terkalahkan
dengan bayangan nyata yang bukan ketika bersama mu”
Ah, sudahlah. 433
kata sekarang telah tertera. Tapi ini seperti omong kosong yang memuakkan. “
ya, beginilah rindu. Tak akan tergambar walau dengan kata yang beribu “
Sekarang, aku
harus keluar dari dunia fiksi ini. Meninggalkan jejak kata, dan menampik lagi.
Ini kepada mu!
Tak akan habis
jika ku jelaskan rindu disini, bahkan sampai huru-huruf di keyboard menghilang
pun. Itu tak akan jelas. “ karna rindu adalah rasa, bukan bahasa yang mampu
ditulis dengann kata “
Maka, simpanlah
ini dilorong pikiran mu. Di pojok, keterbelakang atau disudut tak tertoleh pun
tak apa.
Simpan ini!
Sampai waktu akan menuju mu! Saat aku menjadi pemenang membuat rindu tak
berdaya! Ketika aku mematikan waktu, dengan bertemu, mendekap mu. Menumpahkan
rindu, melepas belenggu yang berlalu. Memutuskan tali-tali yang memasung di
dalam benak. Merengkuh mu! Mendekap!
Menghancurkan
kerikil yang telah menghina ku, setan-setan yang mengganggu mu.
Sekali lagi, ini
tidak berbentuk lambang dari sebuah rindu, apalagi ungkapan. Sangat jauh untuk
mengdiskripsikan. Yang bisa hanya mendekap mu. Menjadikan kamu dalam nyata ku.
Tunggulah itu,
kau ingin tau apa rindu itu. Bukan?
Ya, tunggulah. Menantilah. Sampai nanti, nanti,
dan nanti lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar